Wednesday, March 30, 2011

Mengisi Toples Kehidupan

Suatu saat seorang guru mengajarkan kami. Beliau meletakkan diatas meja sebuah toples, pasir, seonggok kerikil, beberapa buah batudan segayung air. Beliau bertanya “Bagaimana cara memenuhi toples dengan benda-denda diatas meja ini secara berurutan?” Mula-mula beliau mengambil batu-batu yang ada diatas meja dan memasukkan ke dalam toples, rupanya toples masih belum penuh lalu beliau memasukkan kerikil untuk mengisi celah-celah diantara batu besar. Kemudian dituangkan pasir halus kedalam toples dan menggoyang-goyangkan agar pasir dapat memenuhi rongga-rongga antara batu dan kerikil. Dan yang terakhir beliau menyiramkan segayung air. Dan toples benar-benar penuh dan padat. Pelajaran penting yang dapat dipetik adalah bagaimana membuat prioritas dalam mengisi kehidupan ini. Pastikan untuk pertama-tama memasukkan “batu-batu” yang paling berharga dalam hidup kita, atau kita tidak akan pernah dapat memasukkannya karena sudah terlanjur penuh terisi kerikil dan pasir. Sepakat?

Persiapkan Anak Negri Kita

Karena beberapa kesibukan di kantor dan kemacetan dijalan, tadi malam saya baru sampai dirumah jam tujuh kurang duapuluh menit. Setelah sebentar membersihkan diri kuhampiri anak-anak untuk menyemangati mereka belajar
dan mengerjakan PR Kumon. Pukul 19.10 aku bergegas menuju kantor kelurahan untuk mengikuti acara musrenbang alias musyawarah perencanaan pembangunan tingkat kelurahan, undangan sebenarnya jam 19.00. Namun sampai jam 19.45 acara belum ada tanda-tanda dimulai... hmmmmm inilah salah satu kebiasaan buruk bangsa ini menghukum yang datang awal disuruh menunggu yang datang terlambat he...he...


Sejak acara dibuka jam 20.05 suasana langsung terasa gerah padahal sejak sore hujan masih mengguyur cukup deras, masing-masing utusan rw saling ngotot mempertahankan usulannya untuk jadi prioritas. Harap maklum banyak usulan yang sebenarnya sudah pernah diusulkan sejak 2008 belum terrealisasi...

diusulkan lagi 2009 dan sampai saat ini masih belum juga terrealisasi...bahkan ada yang menagih janji dari kampanye pilkada 2 tahun lalu...seru..aya aya wae.

Terus terang aku sendiri merasa geregetan dengan program-program yang sudah terrealisasi selama ini, begitu juga yang direncanakan untuk 2012 karena hampir 99% hanya pembangunan fisik, mulai dari pavingisasi, penerangan jalan umum,

gorong-gorong, plengsengan, pembangunan balai rw,

meninggikan pagar kuburan..tidak tahu biar apa nih trus lampu penerangan kuburan..kagak tahu untuk apa ini mungkin kalo kuburan terang hantu-hantu kaga’ berani nongol kali ya? Hampir semua program hanya diarahkan satu dinas yaitu ke dinas pekerjaan umum! padahal banyak sekali dinas-dinas yang dibayar oleh senagar dengan uang rakyat ada dinas industri perdagangan, dinas koperasi & umkm, olahraga & kebudayaan, kominfo dll.

Program pembangunan non fisik sangat minim, hampir tidak ada! padahal banyak sekali non fisik yang menurutku lebih penting untuk diprioritaskan..

Buat apa mempunyai balai rw yang megah kalau hanya untuk nongkrong-nongkrong dan main catur doang.. Padahal banyak keluarga sekitar yang tidak mampu membayar kursus anaknya. kenapa tidak ada program bagi yang tidak mampu? mana kursus bahasa inggris gratis? kursus berenang gratis? kursus computer/hp gratis? sekolah bola gratis bagi yang berbakat! ataukah kursus wirausaha kek! dan masih banyak lagi hal yang terkait dengan pemberdayaan generasi muda... seharusnya diprioritaskan untuk menyiapkan generasi mendatang yang tangguh dan dapat diandalkan untuk kemasyhuran bangsa.

Negeri ini miskin prestasi! tapi tidak ada yang peduli..malah sibuk rebutan kursi. Saat ini hal-hal yang bersifat kebendaan dan gengsi sedang melilit segala sendi kehidupan bangsa ini...

Perhatikan mulai dari tingkat keluarga, organisasi, pemerintahan dari yang terrendah sampai tertinggi... Lihat... Kita lebih memilih membelikan anak kita PS, PSP, Nintendo daripada mengajari mereka beraneka permainan.. Kita lebih memilih beli blackberry & bayar tagihan bulannya daripada untuk membayar bulanan kursus anak-anak ...

Kita lebih memilih membangun menara masjid yang tinggi daripada membuat TPQ gratis yang berkualitas... Kita lebih memilih membuat gereja yang indah dan megah daripada mendirikan taman pendidikan anak terlantar... Lihat apa yang dikerjakan pera petinggi negeri ini..

Hanya sibuk mempertahankan posisi... Merancang-rancang koalisi... Mana visi mempersiapkan anak negeri, membangun mental mereka, mempersiapkan skill mereka...

Silahkan para dewan yang terhormat benchmark ke negara-negara yang berhasil mempersiapkan sumber daya manusianya Kalau memang bagus kenapa tidak diterapkan wajib militer bagi setiap generasi muda untuk membangun jiwa korsa mereka! untuk membangun patriotisme mereka! untuk menempa mental mereka agar tidak inferior dengan bangsa lain?

Konon jepang mempunyai falsafah hidup “gambaru” artinya “bertahan sampai kemana pun juga dan berusaha habis-habisan” konon semangat ini selalu digembar-gemborkan dan diterapkan disetiap kesempatan dan disetiap sendi kehidupan mereka..

Bahkan anak baru umur 3 tahun meraka sudah disuruh gambaru di sekolahnya, seperti memakai baju di musim dingin mesti yang tipis2 agar tidak manja terhadap cuaca dingin, di dalam sekolah tidak boleh pakai kaos kaki karena kalau telapak kaki langsung kena lantai itu baik untuk kesehatan, anak sakit2 sedikit cuma ingus meler atau demam 37 derajat tidak usah bolos sekolah, dengan alasan anak akan kuat menghadapi penyakit jika ia melawan penyakitnya itu sendiri.

Sebenarnya bangsa ini juga punya falsafah hidup yang tidak kalah dengan mereka..namun cuma menjadi wacana. Lihat cara Jepang yang sedang menangani bencana gempa, tsunami, ancaman ledakan PLTN... Mereka terlihat tangguh, pembelian kebutuhan sehari-hari didaerah bencana tetap antri tanpa penjarahan.

Bandingkan dengan negeri kita....saat bencana lalu.. Setiap hari semua stasiun televisi menampilkan lagu-lagu pilu..Ebiet g.ade... dompet peduli...

Bangsa kita ini miskin!.........tapi cengeng!! Ini karena anak negeri ini tidak pernah dipersiapkan, dilatih dan ditempa secara serius.

Thursday, March 17, 2011

Kukayuh pedal kujalani proses penuh makna

Teringat 25 tahun lalu Bapakku pernah ngendiko, "Le,..awakmu sekarang wis kelas 1 SMP, bapak perhatikan kamu juga wis lancarnaik sepeda. Bukannya bapak tidak mau mengantar dan tidak sayang karo awakmu. Justru karena bapak sayang sehingga bapak minta mulai ajaran baru besok ke sekolah naik sepeda sendiri. Ingat, kudu ati-ati jangan grusa-grusu dan jangan lupa berdoa minta perlindungan Allah. Selama bersepeda kamu akan dapat banyak pelajaran yang bermanfaat untuk kehidupanmu kelak". Dengan sedikit deg-degan "Bismillah" kujalani hari pertama berangkat ke sekolah mengayuh sepeda. Sebuah sepeda jengki berwarna biru buatan RRT yang tentu saja terasa cukup berat untuk anak seusiaku. Jarak 8 kilometer dari rumah ke sekolahku kondisi jalan sedikit tanjakan dan turunan dapat kutempuh 45 menit di hari pertama. Bu Darmini kepala sekolah yang penuh wibawa-meski bagiku tampak sedikit angker-berdiri di depan pintu gerbang sekolah, ternyata hari itu akau sudah telat 10 menit. Terpikir dibenakku jika tidak ingin terlambat lagi, besok aku harus berangkat lebih pagi lagi-dan itu sepertinya mustahil karena pagi-pagi sebelum berangkat sekolah aku harus menyelesaikan tugas yang telah menjadi kesepakatan kami sekeluarga, aku menyapu pekarangan samping kiri kanan belakang dan halaman depan rumah, sedangkan kakakku mengisi bak mandi untuk mandi kami semua dan adikku membersihkan rumah dan membantu ibu didapur. Satu-satunya cara aku harus lebih cepat menggenjot pedal sepedaku agar tepat waktu sampai ke sekolah. Hari berganti hari tanpa kusadari ternyata dengan bersepeda aku telah menjalani "learning prosess" yang membentuk karakterku kelak. Aku mulai menemukan teman-teman sekolah sesama pengayuh sepeda yang menjadi teman canda gurau selama perjalanan sekaligus sebagai rival kompetitor untuk menyemangati dalam menggenjot pedal agar kami lebih cepat sampai ke sekolah. Saat bersepeda aku belajar tentang bagaimana memanfaatkan tenaga secara efisien dan mengukur segala resiko kemungkinan kecelakaan, memperhitungkan jarak dan kecepatan sebelum memutuskan untuk menyalip kendaraan yang ada didepanku jika tidak ingin tertabrak kendaraan dari arah sebaliknya. Di jalan aku belajar membuat keputusan dengan memperhitungkan resources dan segala resiko yang mungkin timbul. Pengalaman bersepeda membuatkanku bisa memaknai arti kesabaran, semangat, kerja keras dan harapan. Sabar menjalani rute kehidupan yang berliku kadang naik kadang turun dan menjaga semangat untuk bekerja bekerja keras megayuh sampai ke tujuan yang diharapkan. Dari bersepeda aku terbiasa untuk selalu mengawali dengan doa sebelum berupaya dan mengakhiri dengan tawakal menyerahkan keselamatan sepenuhnya kepada Allah penguasa jiwa ragaku. Setelah puluhan tahun tahun melupakan kini setiap minggu pagi ku susuri jalanan kota maupun jalan-jalan desa yang makasih perawan. Bukan sekedar ingin belajar membuat keputusan atau memaknai arti kata kerja keras bukan pula sekedar merontokkan kolestrol dibadan tetapi lebih dari itu adalah wujud mencintai mencintai bumi dan ungkapan syukur pada Illahi.

Tuesday, July 14, 2009

IPTV: Unlimited for The Unlimited

Saat ini, televisi digital siaran multicast (bersamaan di satu waktu) menggunakan jaringan IP bukan hal yang mustahil karena teknologi dan model bisnisnya telah menemukan format yang cukup matang. Menghadapi kompetisi ketat dari perusahaan televisi kabel, yang juga menyediakan paket triple-play (data, audio-video, dan interaktivitas), PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk akan berekspansi di penerapan IPTV di Indonesia.


Telkom akan memasuki pasar televisi digital, walau belum jelas apakah model bisnis IPTV di negeri ini bisa diterapkan seperti model yang telah dijalankan di luar negeri. Banyak analis meragukan kemampuan dan potensi pasar IPTV untuk mengembangkan sayapnya, mengingat infrastruktur Indonesia yang belum sepenuhnya terbangun. Selain itu, banyak pakar meragukan kemampuan perusahaan telekomunikasi (”telco”) berkompetisi dengan perusahaan televisi kabel (lembaga penyiaran berlangganan). Masalah lain adalah regulasi yang belum jelas bagi “pemain hibrid” seperti penyelenggara IPTV; apakah masuk domain UU 36/1999 tentang Telekomunikasi (perihal jasa telekomunikasi khusus, tapi bendera IPTV belum dikenal sama sekali), ataukah domain UU 32/2002 tentang Penyiaran (yang tidak dijelaskan di dalam pasal-pasal Lembaga Penyiaran Berlangganan yang hanyak via satelit, kabel, atau terestrial, bukan jaringan menggunakan protokol internet).

Kompleksitas dan dinamika industri telekomunikasi dan penyiaran juga terjadi sebelum fenomena IPTV muncul; yakni saat Kabelvision (sekarang bernama First Media) tampil dengan layanan sambungan internet 24 jam (dengan flat fee).Dalam konteks ini, sebuah model bisnis yang jelas dan komprehensif kemudian menjadi mutlak dibuat oleh operator telekomunikasi seperti Telkom (brand-name: TVision, di bawah bendera PT Indonusa Telemedia, seperti halnya Telkomvision yang berbasis satelit dan kabel).

Perusahaan televisi berlangganan baik via kabel ataupun satelit tidak memiliki definisi ini, karena mereka tak menggunakan jaringan berbasis IP, dan tidak memiliki arsitektur point-to-point. Televisi berbasis web juga tidak termasuk di sini, karena secara layanan, manajemen, platform, dan model pendapatan berbeda. Untuk itu, mari fokuskan ke operator teleponi seperti yang dikaji oleh Limnard & Tee (2007).

Sebagai bagian dari rantai bisnis IPTV, perusahaan teleponi telah mengembangkan layanan TV digital dengan protokol internet; yang dilakukan karena pendapatan dari teleponi konvensional menurun drastis. Dengan menaikkan citra produk mereka dapat menggabungkan (bundling) produk “lamanya” dengan paket layanan yang memang ditujukan untuk pelanggan (baik pasca-bayar ataupun sistem penagihan lain). Mereka juga menggunakan aset untuk mentransformasikan multi-jaringan yang telah mereka bangun menjadi jaringan yang efisien.

Diperkirakan di tahun 2010 IPTV akan lepas landas. Tahun 2025 akan ada satu standar saja untuk cara menonton TV. Itulah IPTV, Internet Protocol Television. IPTV menggunakan semacam dekoder atau set-top box yang tersambung ke broadband interface dan TV. Perangkat ini akan memilih di antara ribuan, bahkan ratusan ribu jam acara, termasuk film, olahraga, acara lama TVRI, dan Anda bisa mengunduh (download) semuanya ke hard drive dari set-top box Anda.

Di awal kelahiran IPTV, hard drive ini mampu menyimpan hingga 300 jam acara dalam satu waktu, namun kapasitas akan berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Selain itu, kelak kecepatan mengunduh akan semakin baik di saat koneksi broadband Anda kian prima. Kelak sebuah film berdurasi dua jam akan diunduh dalam 2 menit saja. Di saat itu, menonton film tersebut bisa dilakukan di mana saja, selama ada interface yang sesuai.
Selain kenyamanan atas fasilitas video-on-demand (VOD) ini, IPTV akan memberikan keleluasan perpustakaan acara (content) dari segala genre dan durasi, yang tak pernah diberikan oleh media manapun. Tak ada TV broadcast, kabel, satelit, atau bahkan jasa penyewaan video. Karena semuanya tersedia di internet, yang bersifat tak terbatas dan tak terhalangi, mengunduh film menjadi pengalaman yang bisa jadi membingungkan jika tak tahu apa yang Anda inginkan.

Kebanyakan platform IPTV dibagi menjadi “saluran-saluran” yang mirip dengan saluran yang ada di TV tradisional. Dalam hal ini saluran didefinisikan sebagai bagian dari layanan content provider (penyedia isi saluran). Sebagian content provider akan memberikan gratis, sebagian lain akan meminta uang berlangganan (bulanan atau tahunan), dan sebagian lain dengan sistem pay per view (bayar per lihat) saja. Jasa ini akan di-mix ‘n match sebagai paket operator IPTV.

Di antara yang sudah berjalan, ada PCCW (www.pccw.com), DAVETV (www.davenetworks.com), dan Gizmodo (www.gizmodo.co.uk) milik British Telecom, BrightCove (www.brightcove.com). Raksasa macam AT&T serta Time Warner (www.BusinessLink.tv) baru saja melakukan uji coba. Silakan klik situs mereka untuk tata cara dan model bisnis masing-masing. Daftar ini akan berkembang terus… bahkan bisa jadi sebuah operator IPTV beroperasional di sebuah desa kecil di satu daerah terpencil.

Dua puluh tahun ke depan, semua kehebohan TV broadcast macam RCTI, Trans TV dan lain-lain akan lewat. Nature dari IPTV adalah “Aku mau tontonan yang aku mau saja”, dan kecenderungan ini telah terlihat dari maraknya content musik yang diunduh atau dijadikan ring back tone telepon genggam. Masalahnya sekarang, segala macam jenis tayangan bisa nyelonong masuk ke telepon genggam, ataupun kelak ke layar komputer PC Anda. Televisi satelit dan kabel masih lebih beruntung daripada TV dengan siaran terestrial. Dengan model bisnis yang lebih mendekati IPTV, TV satelit dan kabel akan memberikan kemudahan di saat koneksi internet down. Iklan? Personal, dan lebih terukur (karena identitas penontonnya jelas, ada IP number, bukan?).

Ini dari sisi permintaan, bagaimana dengan sisi penawaran?
Siapapun bisa menyuplai isi siaran bagi apapun saluran yang ada di internet. Banyaknya penawaran juga sebanding dengan banyaknya permintaan? Mungkin juga, karena itu Web 2.0 akan bergerak naik ke Web 3.0 dan menjadi ajang tukar content untuk kalangan tertentu saja. Akan ada bottleneck untuk satu “tayangan” karena sedang trend, ya seperti penggila “Laskar Pelangi”, misalnya. Namun jika kreativitas orang membuat genre apapun dalam bentuk file audio video, yakinlah bottleneck ini akan terurai dengan sendirinya.

Contohnya, peminat Laskar Pelangi hanya memasukkan kata kunci “Andrea Hirata” atau “Laskar Pelangi” saja, dan yang keluar tak hanya film Laskar Pelangi tapi juga kajian ilmiah sastra, jumpa pers penerbit dan pengarang di suatu restoran, diskusi buku terkait karya Andrea Hirata ini, klip lagu yang dibawakan Nidji hingga komentar kerabat Anda di Afrika Selatan setelah menonton film ini.
Unlimited for the unlimited.

Source: http://ameliadya.wordpress.com/iptv/


Thursday, June 11, 2009

Penebang & Kapak "Yang" Hilang

Dijaman dulu, ada seorang penebang kayu. Suatu hari dia kehilangan kapaknya, dan tanpa kapak dia tidak bisa bekerja. Dia mencurigai tetangganya yang mencuri kapaknya. Pagi itu ketika sang tetangga berangkat, dia menutupi peralatan kerjanya dengan kain, rasanya kapaknya pasti disembunyikan disana, apalagi tetangga ini senyumnya terasa tidak tulus. Pasti dia pencurinya.

Besoknya, bahkan terasa jadi ramah berlebihan karena biasanya jarang menyapa, kali ini menyempatkan berbasa basi. Apalagi dilihat hasil tebangan kayunya 2 hari ini banyak sekali, pasti dia menebang menggunakan kapak curiannya. Semakin dipikir semakin yakin.

Pada hari ketiga baru disadari ternyata kapaknya tersimpan dilaci dapur. Istrinya yang sedang keluar kota menyimpankan disana. Senang benar hatinya karena kapaknya dapat ditemukan kembali. Dia amati lagi tetangganya yang lewat, dan dia merasa tetangga ini tidak berkelakuan seperti pencuri, dan senyumnya juga tulus tulus saja. Bahkan percakapannya terasa sangat wajar dan jujur. Dia heran kenapa kemarin dia melihat tetangganya seperti pencuri?


Persepsi membentuk kenyataan, pikiran kita membentuk sudut pandang kita. Apa yang kita yakini akan semakin terlihat oleh kita sebagai kenyataan. Sebagai contoh, apapun yang dilakukan orang yang kita cintai adalah baik dan benar. Anak nakal dianggap lucu, kekasih medit dianggap berhemat, orang cerewet dibilang perhatian, keras kepala dibilang berprinsip, dan makanan tidak enak dibilang bergizi.

Hidup tidak pernah dan tidak ada yang adil, tidak ada benar salah, kita ciptakan sudut pandang kita sendiri. Perception creates worldview, we create our own reality. Kita menemukan apa yang kita ingin temukan. Apa yang terlihat bukan kenyataan, kenyataan adalah siapa kita dan bagaimana kita memandang semuanya itu. Pandangan kita berubah mengikuti perubahan jaman dan keadaan. Segalanya mengalir pada ruang dan waktu.

Disadur dari update FB Tanadi Santoso.

Tuesday, May 12, 2009

Sekantong Tahi Sapi - Oleh Gede Prama

Bayangkan di suatu pagi, ada seorang tetangga yang memberi Anda sekantong tahi sapi. Tanpa basa basi, langsung saja kantong tadi diletakkan di depan rumah.

Bagi mereka yang sentimen dengan tetangga, mala petakalah akhir dari kejadian ini. Namun, bagi mereka yang menempatkan pemberian sebagai sebuah kemuliaan, maka tahi sapi tadi bisa menjadi awal persahabatan.

Nah, Anda dan saya juga sedang diberi tahi sapi (baca : krisis). Persoalannya, apakah krisis ini akan menjadi awal petaka atau awal kemajuan, sangat ditentukan oleh bagaimana kita menempatkan krisis. Salah satu karya terbaik Deepak Chopra adalah Ageless Body, Timeless Mind. Di sini penyembuh ini bertutur tentang bagaimana hidup awet muda. Fundamental dalam tesis Chopra, tubuh ini terbuat dari pengalaman-pengalaman yang didagingkan (dimasukkan ke dalam tubuh).

Sebagai salah satu bukti dari tesis terakhir, Chopra mengutip pengalaman seorang Ibu yang baru menerima sumbangan jantung dari orang lain. Begitu keluar dari rumah sakit, sang Ibu meminta dua hal yang tidak pernah disukai sebelumnya : bir dan ayam goreng. Setelah diselidik, ternyata donatur jantung yang telah meninggal, memiliki hobi berat meminum bir sambil memakan ayam goreng.

Pengalaman terakhir mengingatkan kita dengan pendapat Norman Cousin yang pernah menyebut bahwa “kepercayaan itu menciptakan biologi“. Ini berarti, garis batas antara biologi dan psikologi sebenarnya sangat dan teramat tipis - kalau tidak mau dikatakan tidak ada. Semua ini berati, cara kita menempatkan krisis, tidak hanya terkait dengan sukses gagal di hari ini. Lebih dari itu, kita sedang mendagingkan serangkaian sistim nilai ke dalam tubuh kita. Untuk kemudian, memberi pengaruh yang amat besar ke dalam rautan wajah dan tubuh kita kemudian.

Coba cermati ciri-ciri manusia awet muda dan panjang umur sebagaimana ditemukan oleh Chopra. Dari meraup kesenangan dari kegiatan sehari-hari, menganggap hidup bermakna, yakin telah mencapai sasaran utama, menganut citra diri positif, sampai dengan optimis. Semuanya menunjukkan upaya membadankan sistim nilai positif. Larry Scherwitz dari Universitas California pernah merekam hasil percakapan dengan 600 pria. Sepertiganya mengidap penyakit jantung, dan sisanya sehat-sehat saja. Scherwitz menemukan, pria yang menggunakan kata ganti “saya” lebih banyak dari rata-rata orang, mempunyai resiko kena serangan jantung lebih tinggi.

Dari penemuan-penemuan semacam ini, Scherwitz merekomendasikan untuk semakin membuka hati kepada orang lain. Salah seorang responden Scherwitz yang umurnya sudah tua namun memiliki jantung yang amat sehat berargumen : “seseorang yang terbuka dan penuh cinta akan menua dengan baik“.

Nah, lebih dari sekadar terbuka terhadap orang lain, kita juga memerlukan keterbukaan dalam memandang kehidupan. Persis seperti kasus tetangga yang memberi sekantong tahi sapi. Keterbukaan dan kesediaan untuk mencintai, membuat semua kejadian kehidupan - dari dapat tahi sapi sampai dengan berlian - menjadi penuh dengan warna keindahan.

Egoisme - sebagaimana tercermin dari banyaknya penggunaan kata saya - memang tidak selalu buruk. Namun, ia kerap membadankan serangkaian nilai, yang membuat badan ini cepat tua, lapuk serta rentan penyakit. Meminjam hasil sebuah penemuan di dunia kedokteran, kemanapun perginya fikiran, senantiasa ada bahan kimia yang menyertainya. Atau keadaan-keadaan mental yang murung dirubah menjadi bahan-bahan kimia yang menimbulkan penyakit. Demikian juga sebaliknya.

Belajar dari semua ini, dibandingkan dengan mengumpat dan memaki tahi sapi yang bernama krisis, saya mendidik diri untuk menempatkan krisis sebagai “pupuk“-nya kehidupan.
Kembali ke cerita awal tentang sekantong tahi sapi, Anda dan saya setiap hari ada yang membawakan “tahi sapi“. Mirip dengan tahi sapi, kita tidak bisa merubah kehidupan. Akan tetapi, kita bisa merubah diri bagaimana mesti melihat dan menempatkan kehidupan.

Sadar akan penemuan bahwa keyakinan memproduksi biologi, saya memilih untuk melihat segi positif dari tahi sapi. Terserah Anda!.

Sunday, April 12, 2009

Strategi Membangun Network Yang Efektif dan Efisien

Dunia ini sebenarnya cukup kecil. Siapapun dapat mencapai siapapun di dunia ini hanya dengan 6 lompatan…dibuktikan dari penelitian bahwa rata-rata diperlukan 6 orang untuk mengoper sebuah dokumen dari satu orang ke orang lain yang tidak saling kenal pada 2 kota yang berbeda. Hal ini menunjukkan betapa “kecilnya” sebenarnya koneksi antar manusia di dunia ini. “Small World Theory” by Stanly Milgram.

Sering kita menerima atau mendengar nasehat “bangunlah dan perkuat nerwork anda, karena networking sangat mendukung keberhasilan karir maupun bisnis yang anda tekuni”. Sebenarnya apa itu network? Mengapa network itu penting?

Beberapa ahli menyatakan bahwa “Network” terdiri dari node-node yang menghubungkan satu orang dengan orang lainnya (node yang berrelasi). Node-node tersebut dapat berupa persons, group & organisasi dengan relasinya dapat berupa relasi informal (advice, trust, respect, information exchange), formal (exchange of money, information exchange) atau kombinasi keduanya.

Mengapa network itu penting?

  • Customer atau calon rekan bisnis anda “malas” mendengarkan, namun mereka mendengarkan kata teman anda.
  • Customer atau calon rekan bisnis anda “skeptis", namun mereka mempercayai teman anda.
  • Customer atau calon rekan bisnis anda menyalurkan informasi antar teman-teman mereka, maka berharpkan bahwa informasi itu adalah informasi yang baik tentang anda.

Pada dasarnya ada 2 jenis “link network” yang pertama “weak link network” yaitu orang-orang yang anda kenal, kenal dengan anda namun frekuensi kontak rendah dan yang kedua “strong link network” yaitu orang-orang yang anda kenal, mereka juga kenal dengan anda, frekuensi kontak yang tinggi dan terjadi pertukaran sumber daya.

Seringkali kita hanya terpaku pada “strong link network” saja padahal justru “weak link network” mempunyai potensi yang lebih dahsyat. Orang-orang dalam weak link kita sering mempunyai “resources” (informasi, dana, personal, dll) yang tidak dimiliki oleh orang-orang dalam strong link kita. Strong link kita sangat terbatas (biasanya 10-50 orang), sedangkan weak link kita jauh lebih banyak (3.000 – 10.000 orang), bahkan David Rockefeller mengatakan bisa sampai 50.000 orang.

Weak link kita akan mampu mereferensikan kita atau memberikan informasi pada jaringan yang tidak dikenal oleh strong link kita, yang biasanya sering lebih berguna informasinya daripada stronglink kita. Ingat: nilai suatu informasi sangat tergantung pada ke-akurat-an, ke-kini-an dan ke-langka-annya. Jadi peluang-peluang baru jelas akan anda dapatkan dari weak link network.

OK kita telah sepakat akan lebih mengembangkan weak link. Karena kita memiliki keterbatasan waktu maka strateginya sbb:

  1. Lebih baik kenal dengan orang-orang yang tidak saling kenal satu dengan lainnya.
  2. Kembangkan jaringan ”clusters” anda supaya banyak dan bervariasi secara terus menerus.
  3. Pada masing-masing jaringan carilah type orang-orang yang ACTIVE (Ahead, Connected, Travelers, Information-hungry, Vocal dan Exposed) binalah hubungan dengan mereka.
  4. Jangan lupa untuk memastikan orang yang ACTIVE tersebut me-refer kepada anda.
  5. Perbanyak kelompok yang anda “kuasai”.
  6. Peliharalah secara berkelanjutan dan manfaatkan jaringan “weak link” anda.
  7. Jadilah orang yang “berguna” yang diingat dan dikenal oleh network-network anda.
  8. Manfaatkan teknologi untuk menjaga dan mengembangkan weak link anda (bisa menggunakan jaringan pertemanan/social yang saat ini tersedia gratis seperti facebook atau myspace.

Selamat membangun network anda yang efektif dan efisien, gunakanlah kesempatan yang timbul dari networking ini untuk kesuksesan anda. Salam Inspirasi.

dirangkum dari kuliah Business & Enterpreuner -Tanadi Santoso